Menjadi seorang ayah tentunya tidak mudah, bahkan mereka harus merelakan waktunya bersama keluarga demi pekerjaan. Bukan tidak peduli, justru sebaliknya, niat seorang ayah adalah membahagiakan keluarganya. Berikut ini adalah para ayah yang penuh perjuangan untuk membahagiakan anak dan keluarganya:
Wowo Kuswo (48) harus kehilangan tangan kanannya karena kecelakaan pada saat bekerja sebagai buruh bangunan di Bogor. Kejadian itu terjadi ketika ia hendak menaikkan kayu ke atap rumah yang sedang dibangun. Setelah kejadian itu, Ia tidak bisa bekerja lagi untuk mencari nafkah bagi keluarganya karena keadaannya yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Wowo memiliki tiga orang anak yang masih sekolah, tekadnya yang kuat mampu mendobrak kesulitan apapun keadaan ekonomi keluarga.
Sehari-hari Wowo berjualan sayur di rumah, dengan memanfaatkan lahan kecil sekitar 2x 2 meter persegi di depan rumah yang dijadikan warung untuk tempat ia berjualan sayur. Saat ini barang dagangannya habis terjual, namun ia tidak memiliki modal lagi untuk belanja karena hasil penjualan sayur tersebut sudah digunakan untuk biaya sekolah anaknya.
2. Ramelan (82)
Di lain cerita, ada Ramelan (82) yang ditinggal istri untuk selamanya pada tahun 2010. Keluar dari rumah anak pada tahun 2012 dan memutuskan untuk hidup sendiri. Kemudian berkeliling Kota Bekasi menggunakan sepeda untuk berjualan buah. Sempat bekerja pada tahun 2012, kemudian berjualan ikan tahun 2013-2015, pernah menjual tape tahu 2016-2017, dan sekarang menjual nanas keliling menggunakan gerobak. Tinggal sendirian di rumah kontrakan petak dengan sewa Rp300.000,-/ bulan. Hal itu Ia lakukan agar tidak merepotkan anaknya di usianya yang senja.
3. Haermain (65)
Haermain (65) adalah seorang ayah yang kaki Kiri dan tangan kanannya diamputasi akibat kecelakaan ketika masih muda. Saat itu Haermain berjualan koran di kampung halamannya di Jawa Tengah. Saat ini Ia tinggal dengan istri dan 2 cucunya yang sudah besar di kawasan Pademangan Barat, Jakarta Utara, dengan biaya sewa rumahnya sebesar 5.000.000 / Tahun. Setiap harinya Haermain harus berjualan tisu di pinggir jalan untuk menghidupi keluarganya.
4. Fernando (30)
Fernando adalah salah satu dari sekian ribu karyawan yang merasakan dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di saat pandemi ini. Fernando merupakan ayah dari anak yang masih usia sekolah. Saat ini berjualan makanan siap saji seperti nasi, ayam goreng, dan lainnya di depan rumah dan dibantu oleh sang istri. Ia tidak bisa mendapatkan pekerjaan lain karena kondisi yang sedang sulit saat pandemi ini. Dengan berjualan, Ia berharap dapat menutupi semua kebutuhan keluarganya. Semua ia lakukan sebagai bentuk tanggungjawab seorang kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5. Acep Budiman (35)
Acep (35) adalah seorang Guru ngaji di kampungnya dan ia pun seorang penjahit. Acep menderita polio sejak kecil, dan terus berjuang untuk dapat mandiri. Walaupun keahlian mejahitnya yang belum mumpuni, namun Acep terus berusaha dan belajar cara mejahit kepada temannya yang lebih mengetahui. Acep memiliki istri dan 2 orang anak yang masih sekolah. Tekadnya yang kuat untuk menafkahi keluarga patut diapresiasi.
6. Suryadi (45)
Suryadi yang beralamat di kawasan Tanah Sereal, Kabupaten Bogor adalah seorang tunadaksa pada bagian kedua kakinya. Ia berjalan tanpa alat bantu apapun dan hanya menggunakan kedua tangannya. Saat usianya muda, Ia pernah bekerja di sebuah restoran namun setelah 2 tahun restoran tersebut tutup. Untuk mengisi kekosongan, Suryadi menjadi guru ngaji di rumah orang tuanya, dan saat ini mulai usaha warung kecil-kecilan di pinggir jalan. Hal itu Ia lakukan untuk menafkahi keluarga dan anak-anaknya.
Demikian cerita para ayah hebat yang mungkin dapat menginspiasi kita untuk tetap berjuang saat kondisi sesulit apa pun. Semoga para ayah dimanapun senantiasa diberikan berkah kesehatan, kelancaran rizki, dan dapat menjadi teladan bagi anak dan keluarganya.
– Selamat Hari Ayah 2020 –
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) adalah organ dompet dhuafa yang mengkonsentrasikan kegiatannya pada aktifitas distribusi dana zakat yang di optimalkan dengan adanya pelayanan konsultasi dan konseling mustahik. Tepatnya pada tanggal 14 Agustus 2004 LPM lahir dalam wujud entitras kelembagaan.
Lembaga Pelayan Masyarakat
Perkantoran Ciputat Indah Permai
Jl. Ir. H. Djuanda No. 50 Blok C 28-29 Pisangan,
Ciputat Timur – Tangerang Selatan 15419
Telp. (021) 74 703 703
WA. 08111544488
Dompet Dhuafa
Philanthropy Building
Jl. Warung Jati Barat No.14 Jati Padang,
Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12540
Telp. (021) 27874080
WA. 08111544488